Mengenal Wayang Melalui Lukisan Kaca

Saya dan Mbak Idho sedang di bengkel Pak Subandi melihat wayang lukis (kelihatan serius :p )
Tiga minggu yang lalu, minggu (16/11), saya dengan 3 teman (Adi, Sarmon dan Mbak Idho), berkunjung ke rumah salah satu maestro wayang lukis kaca. Beliau adalah Bapak Subandi Giyanto, tulisan saya tentang profil Pak Subandi bisa anda lihat disini 

Saya tidak akan mengulas ulang tentang Pak Subandi, saya hanya akan menceritakan tentang pengalaman saya berjumpa dengan beliau dan karyanya. Tentunya ini akan subyektif.

Terhitung sudah 4 kali saya sowan ke rumah Pak Subadi. Pertama kali bertemu dengan beliau, agak cangung. Maklum saya orangnya pemalu. *sambil kedipin mata

Pameran yang kami adakan, bukanlah semata-mata murni event, tetapi juga ajang untuk memperbanyak saudara. Semakin banyak saudara, semakin banyak pula rezekinya. Kami yakin soal itu.

Mendengar tentang pengalaman hidup Pak Subandi, saya mendapat banyak "ilmu hidup". Yang intinya, saat kita sudah berkeluarga, boleh saja mencurahkan seluruh tenaga dan pikiran atas apa yang kita sukai (baca;Hobi), asal jangan lupa akan tanggung jawab. Artinya, kita harus memiliki pegangan atau pijakan agar dapur terus mengepul. Kecuali memang hobinya sudah bisa mendatangkan uang.

Pelajaran lain yang saya dapatkan adalah tentang proses kreatif beliau dalam membuat sebuah karya. Khususnya wayang lukis kaca. Kegagalan yang dialami pada awal-awal membuat karya, bukannya membuat pantang arang, malah membuat ia bersemangat mencoba, mencoba, dan terus mencoba. Bahkan sampai sekarang selalu membuat kreasi-kreasi baru. 

Tokoh punakawan dalam kreasi Pak Subandi merupakan ungkapkan atas apa yang ia pahami tentang suatu lakon atau tokoh. Kemudian dengan bahasa dan medianya sendiri, ia menarasikan ulang. Sehingga sosok tokoh "kembali" hadir dalam konteks sekarang.

Seusai pameran, saya dan beberapa teman mengembalikan karya beliau. Lagi-lagi kami disambut dengan ramah. Monggo diunjuk teh-nya :)

Saya di samping karya Pak Subandi yang ada di tembok rumahnya


Comments