MALIOBORO


Ku lihat lalu-lalang manusia
Sibuk dengan aktifitas masing-masing
Tukang parkir dengan rentetan kendaraannya
Penjual sate dengan kipas dan arangnya
Pengamen dengan gitarnya
Para pengemis dengan keterbatasannya
Semua sibuk

Kulihat turis, entah darimana asalnya
Bercakap dengan pedagang, pedagang nasi goreng
Sang turis berucap, pedagang tak mengerti, begitu sebaliknya
Raut wajahnya lucu, hanya dapat berbicara dengan bahasa tubuh
Pedagang lain menyindir, ngomong apa jo...hehe
seorang bapak datang, percakapan antara pedagang dan turis teratasi
Penerjemah.

Harga makanan naik dua kali lipat, ah, pribumi betapa kau menghinakan dirimu sendiri...
Kota ini semakin sesak, sesak oleh harapan-harapan
Sudah berapa tahun pak berjualan? Tanyaku
Sepuluh tahun, daerahku gersang, segersang lapangan pekerjaannya.
Gunung Kidul.

Di sebelah kiri....
Kendaraan sangat kejam dengan pejalan kaki
Tak awas, maut bisa menjemput
Seorang ibu dengan anaknya menyebrang
Lari....

Aku masih dengan sebatang rokok, rokok teman...
Menghabiskan senja juga resah
Penjual es mengoda kami, ingin rasanya ku beli
Barag segelas atau beberapa gelas
Kulihat dompet, tinggal dua lembar kertas warna abu-abu
Mengenaskan
Aku pulang dengan dahaga rindu padamu.

Benteng 0 kilometer, 22 Desember 2011

Comments