Oleh: Khanif Rosidin*
Dialog Budaya ini menghadirkan Ahmad Fikri
(Budayawan asal Betawi sekaligus Pengagas BMR), Soesilo Toer (Budayawan Blora),
Benni Irawan (Sineas dari Dapur Film), Joko Adipati Genk Kobra (Musisi dan
Pelestari Budaya Jawa) dengan moderator Yuyun (Budayawan Muda Blora). Dialog
ini dihadiri dari berbagai kalangan, mulai dari budayawan, pencinta film, dan
masyarakat umum.
Acara di mulai pukul 19.00-Selesai membicarakan
tentang kebudayaan secara umum. Menurut Ahmad Fikri berkaitan dengan Peran Film
dalam kebudayaan, “Selama ini dunia perfilman nasional masih di dominasi oleh
film-film inpor, Maka tak jarang budaya yang ada di film tersebut jauh dari
akar tradisi kita seperti pergaulan bebas.” Ia juga menambahkan, “Kurangnya
Ruang dalam mengapresiasi para Sineas nasional yang telah memproduksi Film
berkualitas menjadikan dunia perfilman nasional kurang bisa berkembang pesat.
Selain itu juga, akses masyarakat untuk dapat menyasikan Film nasional yang
berkualitas pun bisa di bilang masih jauh dari harapan. Bioskop yang ada hanya
menjangkau daerah perkotaan. Itu sebabnya kami (Komunitas Matapena) mengadakan
kegiatan BMR ini” ungkap Penulis buku Puisi
Negeri Kong Draman ini. Kenapa
dinamakan Bioskop Murah? Karena tiket bioskop ini hanya Rp. 5000.
Blora merupakan tempat kedua yang di singgahi BMR;
Festifal film Hanung Bramantyo, setelah sebelumnya di laksanakan pada bulan
Maret 2012 di Wonosobo. BMR sendiri akan dilaksanakan di 10 kota.
Senada dengan Ahmad Fikri, Benny Irawan juga
mengatakan, “Film adalah sarana yang paling efektif dalam menyampaikan gagasan,
selama ini masih banyak tradisi lokal yang ada di Indonesia belum di ekpos.
Melalui film ini pula kami ingin menunjukan keanekaragaman Indonesia sehingga
kecintaan kita terhadap bangsa semakin bertambah.” Ia mencontohkan dalam Film Pengejar Angin yang latarbelakangnya
diambil dari daerah Lahat Sumatra Utara. Dapunta
(18), tinggal di Lahat, Sumatra Selatan, sebentar lagi lulus SMA dan harus
menentukan masa depannya. Ibu Dapunta, sangat ingin agar Dapunta yang cerdas,
melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah, tapi sang ayah menentang. Ayahnya
lebih menginginkan Dapunta yang dikenal sebagai Pengejar Angin, julukan bagi
pelari tercepat di kampung itu, melanjutkan jejaknya sebagai pemimpin dari para
Bajing Loncat (perampok truk) di kampung mereka. Berkat kerja kerasnya ia mendapatkan
beasiswa di sebuah kampus ternama.
Selain Dialog Budaya dalam rangkaian acara BMR ini pula
ada acara pendukung seperti Workshop Film Pendek, Roadshow creatif writing, dan dalam acara penutupan akan di hibur Pentas
musik Genk Kobra asal Yogyakarta. Adapun film yang akan ditayangkan dalam BMR ada dua, Pengejar
Angin dan Tendangan Dari Langit
karya Hanung Bramantyo. Acara ini sendiri akan dilaksakan mulai tanggal 21-30
April 2012 bertempat di Gedung Serbaguna NU Blora Jl. Sumodarsono No. 58
Mlangsen Blora.
Dialog Budaya di tutup dengan penayangan film Pengejar Angin.
Salam Film !!!
*Khanif Rosidin adalah Pamong di junglezigger.blogspot.com
Comments
Post a Comment