Memburu Buku

Oke, Fine.
Kembali melukis sunyi di blog. hihi

Sore tadi, saya habis nyari buku Cewek Katropolitan Karya @Ade_7 (Nama Twitternya) di Social Agency di daerah jalan Adi Sucipto. Padatnya kendaraan dijalan, membuat Si Crot (Nama Pangilan motor saya) melaju pelan. Saat menyebrang, Klakson dari belakang dan depan tak henti-henti berbunyi. Heran dengan orang-orang, sudah tahu ramai tetap aja tidak bisa sabar (Sambil ngelus kucing, eh, ngelus dada deng). Si Crot ahirnya sampai di parkiran depan Social Agency, tiga orang bapak-bapak dengan peluit di lehernya, mengarahkan saya agar si crot diletakan sebelah barat, dekat tembok.

Saya segera bergegas masuk ke toko buku tersebut, sebelah kanan pintu masuk, ada bapak berbadan kekar serta berkumis tebal (Tapi dia bukan preman) dia penjaga tempat penitipan tas. Tas saya yang beratnya sekitar 6 kilo 2 ons (Pakek ilmu kira-kira) ini ahirnya dibarter dengan sebuah kertas dengan nomer 11. Hal pertama yang saya lakukan adalah menuju ke mesin pencari otomatis. Saya sempat membayangkan bagaimana kalau tidak ada mesin penolong tersebut, pasti saya akan lakukan 2 hal; 1). Saya akan meminta tolong sama pengawai tokonya untuk bantu cariin buku. Karena saya pemalu, pasti adegannya seperti anak SMA yang mau kenalan sama perempuan. 2). Jika pengawai tokonya tidak mau membantu, saya pasti akan mencari buku tersebut sampai berhari-hari. Mungkin nginep dan buat tenda di dalam toko buku tersebut. Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih banyak pada orang yang telah membuat mesin pencari otomatis tersebut (Ada yang tahu gak namanya siapa? lupakan!!!)

Setelah saya ketik, dengan Keyword nama pengarangnya Ade Jayadireja. Muncul dua buku di layar komputer, Geng Kemoceng dan Cewek Katropolitan. Langsung klik print. Tempat bukunya di lantai 2, di bagian novel. Hampir 10 menit mencari tetap saja tidak ketemu. Perlu diketahui bahwa jumlah novelnya RATUSAN. Di sini saya baru sadar, sehebat-hebatnya mesin pencari, tetap saja lebih hebat pegawai toko bukunya. Mas Paijo (Nama samaran) membantu mencari bukunya, hanya sebentar, dia langsung menuju ke rak novel bagian tenggah. Setelah di cek, ahirnya saat yang saya tunggu tiba. Seperti pangeran kodok menemukan cinderella.

Tiba-tiba Paijo berkata, "Maaf mas, bukunya habis". Katanya datar.
"Apa mas?" Saya masih tidak percaya, mungkin juga telingga saya sedang budek.
"Stok bukunya sudah habis"
"Habis" Seperti petir di siang bolong (Yang ini lebay)

Balik ke lantai 1, ambil tas, ambil si crot, bayar tukang parkir dan brrrrrrr.... saya meninggalkan toko buku tersebut dengan kesal.

Memburu bukunya dilanjut besok kalau ada uang. Duitnya tadi sudah dihabiskan buat beli obat penenang. *Gubrak*

Contoh penjual buku yang imut-imut. hehe

Comments

Post a Comment