Nyasar Waktu Pernikahan

Ceritanya kemarin, selasa (03/09) saat saya dan tiga teman mau menghadiri undangan pernikahan teman kuliah satu angkatan. Teman kita yang menikah bernama Dewi Mashitoh asal Jogja tepatnya di daerah Mlangi, btw nama suaminya siapa ya? *Ups lupa

Tiga hari sebelum acara, teman-teman se-angkatan sudah berkordinasi terkait masalah kado dan keberangkatan. Setelah menimbang dan seterusnya..
Mendengar dan seterusnya...
Melihat dan seterusnya...
Loh malah kayak sidang skripsi :) "diputuskan bahwa kadonya digabung jadi satu dan berangkat pada hari selasa, pukul 12.30, kumpul di depan gedung MP kampus. Bagi yang tidak punya kendaraan harap nyari tebengan masing-masing." Begitu kira-kira isi smsnya.

Selasa (03/09) tiba, saya menuju kos teman yang nebeng motorku, sejak pukul dua belas kurang Si Crot (nama motorku) sudah melaju.. sekitar tiga puluh menit ahirnya saya sampai di kos Seti dan langsung berangkat menuju rumah Riska. Seti yang sebelumnya sudah SMS-an dengan kordinator keberangkatan untuk berangkat dulu, karena kita akan singgah ke tempat Riska dulu, yang tak lain adalah teman se-angkatan yang sudah berkeluarga dan punya anak. Setelah cukup lama ngobrol panjang lebar dengan Riska dan melihat jam tangan sudah menunjukan angka setengah dua, kita pun berangkat menuju lokasi pernikahan. Kita juga sudah memberitahu rombongan teman-teman yang berangkat dari kampus untuk ketemuan langsung di lokasi pernikahan.

Singkat cerita, saya, Seti, Riska sekeluarga (suami dan anak) berangkat menuju tempat Dewi. Berbekal nama desanya dan sedikit ingatan lokasi rumahnya, kita menelusuri daerah Mlangi. Saat kita sampai di desa Mlagi, tanpa lama Riska langsung bertanya pada orang, anak kecil tepatnya. Dengan wajah yang masih terlihat polos, anak itu menunjuk ke arah utara, kebetulan di depan kita lewat pasutri dengan pakain orang mau kondangan. Seperti detektif Konan yang menemukan titik terang kasus pembunuhan, kita pun langsung semangat untuk mengikuti pasutri tersebut. Benar saja, tak jauh sudah terdengar suara Sound System orang yang hajatan. Si Crot langsung saya parkir di tempat teduh, sedikit merapikan rambut dan wajah yang lusuh *kayak kertas habis dilipat* kita pun jalan menuju acara resepsi pernikahan.

Oia, Riska tidak gabung dalam hal kado kelas (baca; Bawa kado sendiri), segera menyerahkan kadonya di resepsionis. Dikarena kan masih ramai sekali, kita memutuskan untuk duduk dulu sembari menikmati snack yang sudah disediakan tuan rumah. Apalagi teman-teman se-angkatan masih diperjalanan. Empat menitan setelah duduk, kita merasa ada yang janggal.
"Kog sepertinya mempelai perempuan tidak mirip Dewi ya?" ujar Riska setelah melihat perempuan yang sedang duduk di pelaminan.
"Iya ya. Tidak mirip sama Dewi" Seti mengiyakan apa yang dirisaukan oleh Riska. "Coba tanya sama tamu yang datang saja" Seti menyarankan.
Benar saja, ternyata yang duduk dipelaminan bukan Dewi. Kacau dech rasanya, kita yang sudah mengambil snack ahirnya memutuskan untuk balik.
"Jangan kelihatan seperti orang yang habis makan ya. Snack-nya masukin tas saja" Riska menyarankan kita sembari tersenyum.

Riska yang orangnya PD, langsung menuju resepsionis, bertanya soal alamat rumah Dewi dan meminta maaf untuk mengambil kembali kadonya. Tidak bisa dibayangkan malu-nya, apalagi sedang ramai. Dari kejadian ini, saya mendapat pelajaran; pertama, jangan mudah percaya sama anak-anak jika tanya soal alamat. Kedua, jika anda mengalami nyasar seperti yang kami alami, sebaiknya anda tidak tegang dan segera pasang wajah innocent.

Buru-buru kita pergi dan mencari rumah Dewi, berangkat dari pengalaman di atas, kita langsung mencari orang dewasa untuk tanya persisnya rumah Dewi. Ternyata, rumahnya hanya terpaut satu gang dengan tempat kita nyasar tadi. hoho

Ahirnya sampai di rumah Dewi, di sana sudah ada Nait dan pacarnya. Kado pun sudah di berikan pada pihak yang berwenang, eh pihak yang benar.

Menyalami pihak mempelai dan segera duduk. Tak beberapa lama, teman-teman se-angkatan sudah datang. Seperti reuni. Banyak sekali yang ikut, ada yang sudah berkeluarga, ada yang menempuh S 2, ada pula yang tetap setia dengan S 1. Dan saya adalah bagian dari kelompok yang terahir. kelompok minoritas. Hiks

Namanya juga udah kumpul, ramai sendiri, cerita-cerita tentang kesibukan sendiri-sendiri. Dan acara ditutup dengan foto bareng Dewi dan suaminya.

"Yang sudah wisuda berdiri dan yang belum wisuda duduk" teriak orang-orang yang sudah wisuda.

Yang berdiri (Sebelah kiri) Juga belum lulus. Harapannya lulus tinggi, hingga dia berdiri

Sebelum pulang ke kos masing-masing, kita memutuskan untuk mampir di rumahnya Riska (untuk bagian ini tidak saya ulas. biar hanya jadi ingatan kolektif saja. hehe)

Untuk Dewi sekeluarga, Semoga menjadi keluarga Sakina, mawadah, warahmah dan mempunyai anak yang soleh-solehah. Amin.






NB; Saya menulis ini sambil makan kacang hasil nyasar di pernikahan orang.






Comments