Selamat Lahir Diri

Seperti satu huruf yang terbalik, jalan hidup ini mudah sekali berubah

Tak terasa sudah 24 tahun saya mendiami jasad ini. Kemarin, Rabu (18/09) seorang teman SMA main ke Jogja, kita sudah lama tak jumpa, kita janjian bertemu pukul 20.00 di 0 KM Malioboro. Malam itu dia banyak cerita tentang masa-masa SMA. Dia masih sangat ingat betul tentang saya. Dia bercerita "bahwa dulu pas saya jadi calon ketua OSIS, visi misi yang saya lontarkan adalah gratis SPP selama satu menit." katanya sambil tertawa. Tak hanya itu, satu hal yang sangat dia ingat tentang saya adalah sifat pemalu dan perbuatan baik saya kepadanya. Sebenarnya saya tidak banyak ingat apa yang dulu pernah saya lakukan. Tapi paling tidak, saya sangat senang dia sudah bercerita tentang masa laluku.

Saya terlahir dari keluarga yang cukup secara ekonomi, anak pertama dari empat bersaudara. Masa kecil saya terbilang mengembirakan, apalagi dulu ada seorang bidan yang tinggal di rumah, masa-masa SD yang indah. Menginjak SMP banyak yang berubah, saat itu bidan yang tinggal di rumah sudah memiliki suami dan pindah ke Sidoarjo, saya lebih sering bermain di luar, apalagi di rumah sering ribut tentang hal-hal sepele. Menjadi anak pertama juga membuat saya sering kesepian, melihat teman yang punya banyak saudara membuat saya iri. Sebagai pelarian saya mengikuti OSIS.
Bapak saya bekerja sebagai nelayan, sedang ibu bekerja sebagai wiraswasta. Kedua orang tua saya sangat sibuk dengan pekerjaannya, bahkan dulu saya sering menangis kalau-kalau sudah waktunya pengambilan raport. Orang tua sering menitip sama tetangga, kalau pun bisa mengambil sendiri paling-paling telat datangnya. Hal ini terus terjadi sampai saya SMA (tapi nanggisnya enggak loh. hehe) terkadang saya malas belajar kalau ingat ini. Orang tuaku ngertinya kalau saya tidak pandai secara akademik, tidak mau melihat anaknya dari sisi lainnya, organisasi, keahliannya atau lainnya. Saya terkadang merasa dihargai pas ngomong dengan keluarga lain daripada sama orang tua.

Waktu berlalu, Saat ini saya masih menempuh kuliah S1 (sudah lima tahun), dan selama ini orang tua tidak pernah sekalipun kesini. Mungkin sibuk. Mungkin juga orang tua-ku mengangap saya sudah dewasa. Jadi bisa sendiri.

Saya sangat bersyukur atas semua keadaan yang telah terjadi, saya tak menyesal atas hal-hal yang mungkin orang tua saya anggap biasa. Dari semua kejadian di masa lalu itu membuat saya kuat dan membuat saya lebih menghargai seorang teman.

Terima kasih jasad, sudah bersedia menuruti nafsu-nafsu ini.

Sejak kesalahan ketik pada tanggal lahir ijazah SD, seharusnya 21 bukan 12.

Comments