Orang; pribadi yang unik !!

....Ulat di pohon
Betapa kau ingin tahu kan jadi apa dirimu
Tak bisa pergi jauh tapi kau selalu bisa bermimpi...

Beberapa hari ini saya lagi senang menikmati bagaimana seseorang pintar (dalam arti tahu banyak hal) menjadi seorang provokator (negatif) dalam kelompoknya. Setiap individu memang unik. 

Kali ini, saya fokuskan tentang orang pintar di atas, sebut saja namanya Bapak Kurdi (nama samaran). Kurdi berusia sekitar 64-66 tahun. Di usia itu, jangan bayangkan fisiknya sudah bungkuk atau semacamnya, dia termasuk orang yang sehat. Kemana-mana pakai sepeda othel. Sering dia mengayu sepeda dari rumahnya (Piyungan) ke Alun-alun Selatan. Menjalankan kesibukan sebagai 'guru' seni macapatan di pelbagai tempat. Senang mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan. 

Kemarin, hari Ahad, Pak Kurdi datang ke Pendopo 'Gubuk' kami, di mana kelompoknya sedang latihan. Tak seperti beberapa bulan yang lalu, ia kini jarang menghadiri latihan musik yang dulu digembor-gemborkan sebagai bentuk nguri-nguri kebudayaan Jawa. Kini sedikit sekali orang yang menyapanya. Ia dianggap sebagai orang berhati keras. Kepintarannya bagai bomerang, menyayat hati teman-teman kelompoknya. Dan menusuk dirinya dengan kesepian. Di usia senjanya, laki-laki ini, mengayu sepeda othel dengan penuh semangat. 

Kadang rasa iba muncul. Apa boleh buat, sebagai orang yang masih muda, saya hanya mendiamkan sifat-sifatnya mengurung dirinya sendiri. Pamali kalau ngingatkan orang tua, pintar, dan tidak pernah merasa salah. Saya ingat apa yang di tulis #Landak, "bahwa meski kita tahu orang itu salah, bukan berarti kita harus langsung ngomong kalau dia salah. Kita baiknya nunggu sampai orang itu minta/tanya apa yang salah pada dirinya" tulis #Landak disalah satu situsnya.

Tipelogi orang seperti Bapak Kurdi, kebanyakan, sulit untuk menerima masukan dari orang lain. Meskipun masukan baik. Hal itu bisa dilihat dari kebiasaan beliau berinteraksi dengan orang lain. Pertama, Bapak Kurdi pintar jadi kalau ditanya sedikit jawaban banyak sekali. Ibarat minta air segelas, dikasihnya satu galon. Bahkan kesannya ingin semua ilmunya ditujukan. Itu menurut saya, sebagai bentuk mendikte dan sifat sombong. Bukankah kita harus menjadi padi, semakin berisi, semakin menunduk. Kedua, Dalam hal musyawarah atau rapat, Bapak Kurdi tidak mau masukan atau pendapatnya di tolak. Bahkan suatu ketika, Bapak Kurdi malah nantang teman kelompok untuk berkelahi gara-gara pendapatnya tidak diterima forum. Kejadian itu yang membuat dia 'mutung'. Menjelek-jelekan orang yang bersebrangan dengan dia. Orang yang dulu menurut dia pintar pun tak luput dijelekan, jika orang itu berani besebrangan. Dan banyak lagi..

Terkadang, kita lupa bahwa kita sedang lupa. Kita tidak sadar apa yang kita perbuat..
Seperti ulat di pohon yang hanya merambat pelan. Kebaikan atau kebenaran bisa datang pelan-pelan. Menunggu waktu yang tepat. Ulat memang menjijikan tapi kalau kita sabar ia akan menjadi kupu-kupu indah. Kupu-kupu berterbangan..

Comments