Percakapan

Saya punya teman, namanya Dani. Beberapa hari kemarin dia bercerita kepadaku, tentang bagaimana perempuan yang dia cintai selalu cuek.

Belum lama ini, dia memberi sebuah kado di ulang tahun perempuan tersebut. Senggaja dia siapkan kado yang spesial jauh-jauh hari, dibuat dengan tangan penuh rindu. Dia bahkan lebih banyak berdiam diri di kamar.

Hari spesial itu pun tiba....
Dia tidak langsung memberikan kado tersebut kepada perempuan pujaannya. Dia menitipkan kado itu kepada temen dekat si perempuan. Bukan karena dia tak berani memberikan kado itu langsung, tapi dia tidak ingin mengangu si perempuan.

Satu hari, dua hari, tiga hari setelah hari itu terlewat... tak ada balasan dari si perempuan. Dia mengangap, mungkin saja si perempuan tak suka kadonya dan membuangnya di tempat sampah. Mungkin juga, sebelum di buang, kadonya dibakar terlebih dahulu. Biar tak ada jejak. Mungkin..

Dani masih bercerita dengan tenang, tak ada sedikit pun kemarahan tampak di wajahnya. Dengan suara pelan dia berucap, "Tujuan utama aku memberikan kado itu, bukan untuk mendapat balasan atau supaya dia suka padaku. Melainkan, aku tak ingin dia merasa sendiri di hari kelahirannya." Ujarnya.

Hampir setengah bulan lebih, baru dia mendapatkan balasan, si perempuan mengirimkan ucapkan terima kasih pada Dani. Bagi Dani, ucapan itu seperti obat penenang. Meski dia tahu bahwa si perempuan itu mengirim pesan setelah dia melihat Dani dengan perempuan lain. Ibarat layang-layang, ketika benangnya terlalu jauh, sang pemilik ingin menariknya. Namun, ketika layang-layang sudah dekat. Ia mengulur-nya kembali. Hingga ahirnya, layang-layang hanya menunggu lepas dari benangnya dan menunggu orang yang pertama kali menangkapnya. Di situ dia akan menambatkan hatinya.

Hujan mengahiri percakapan kita...

Comments